Friday, December 4, 2009

No Sex, No Marriage



An interesting article in the newspaper :
I am a 38 year old homemaker with 2 young children. I have been married for 9 years. My husband is a good looking, wonderful man without any bad habits, a responsible father who works very hard for the family. He says I am a perfect wife and I love him very much.

The problem is my marriage is sexless. In the last 10 years, we have made love fewer than 20 times. It started on the first day of our marriage. We have seen doctors, psychiatrists and counsellors but nothing worked. My husband is not physically unable but he just doesn’t have the interest. When we do have sex, it’s a 2 minute thing.

I can’t take it any longer. I have waited and done enough. My husband acts like nothing is wrong. We never kiss, hold hands or sleep together. I am dying for a physical relationship.

A few months ago, I went into rage over this. I cried and yelled and cursed him to death. He only ignored me. I have thought of having an affair but is that the answer to my problem?
I want a divorce. Am I crazy to divorce him for this one thing? I am broken hearted, lonely, depressed and starting to lose interest in life. I don’t want to hurt my kids nor take them away from their dad. But, I am starting to hate him.
A desperate wife
__________________________________________
Answer:
Hatred, rage, frustration and resentment bode ill for your marriage. As long as your husband remains sexually dysfunctional, you will never be a happy wife.
You know that your husband loves you but he is simply uncapable of expressing himself physically.If there is no physical or psychological solution, then you may have to accept that your hsband can never be sexually or physically responsive.

You will have to decide if you want to walk away from a good husband and responsible father of your children because you are sexually deprived. Taking on a lover will bring on a separate lot of problems and issues. The betrayal, lies and deceit will soon tear your family and marriage apart. Can your children understand and accept your behaviour towards their father? Think of the consequences before you allow sex to take over good sense and rationality.

Have you tried sex counselling? Some men need specific arousal and you need to find out what really works for your man. Read up, watch movies together, create romantic situations at home, in the bedroom or on a holiday by yourselves. Learn patience or ways to appease yourself sexually. You need to understand your husband.
Your pent up anger and frustration might also have negative effects on your husband as he could probably sense your inner feelings. Your husband could simply be afraid of the physical act that shows up his failure and inadequacy. He is in obvious denial and acts as though your marriage is sweet and perfect. He has chosen to ignore your screams, curses and ravings as he does not want to accept this as a problem.

Divorce him if you feel that the physical and emotional ties are no longer there to bind your marriage. But if you love him, give your relationship some more time.

Monday, November 9, 2009

A Man's View



Cat did say that this blog will only display problems faced by women everywhere. But for this once, cat will just make an exception and put this e-mail in "Heart Matters"

The e-mail:
I was going through the blogs and I need to say my mind on this. It's not only women who has suffered, cat. Most of my married life, I have always backed down as I loved my wife so much. But this is still not enough for her.

I can paint for you,cat,a rather cold picture of life. A guy falls madly in love with a girl. At first she pretended to refuse his overwhelming attention, then only to give in later on. The years went by, comes marriage and children. The guy is still in love, but time has taken its toll and things started to change. It was the wife who changed, actually. The night became cold and lonely. While the husband sleeps alone, waiting for the wife to join him in bed, the wife is still watching her favorite show on tv.

The next morning, as usual, the guy wakes up early to pray, wakes up the kids and get ready to prepare breakfast for them. The kids are all ready for school, while the wife is still sound asleep. Being angry about the whole scenario is useless as it will start quarrels. The kids may end up without a father or getting a new mother.

I know that it is not my fault as in the office others laugh at my jokes. They lend a sympathetic ear to my problems. This is probably because I am their senior officer. It might or might not be genuine but at least they laugh, at least they listen. At home, the respond is either a blatant display of indifference or complete disregard of my feelings and emotions.

So tell me, cat, what is life if this drags on forever? The only beautiful moments left are those in his memories, of days when chocolates and greeting cards were often, smile and tender touch were common...
********************************
All stories teach us something, and promise us something, whether they're true or invented, legend or fact
Stewart O'Nan


Friday, October 16, 2009

Strategi Si Isteri

"Aliyah,Abang, minta izin untuk nikah sorang lagi,"

Aliyah yang sedang melipat kain, terdiam seketika. Mungkin terkedu. Adakah pendengarannya kian kabur lantaran usianya yang kian beranjak.

Adakah dialog tadi hanya dilafazkan di dalam TV,! sementelah TV juga dipasang. Tapi, ahh bukanlah. TV sedang menayangkan iklan Sunsilk,mustahil sudah ada siri baru iklan Sunsilk? Dia menghela nafas panjang. Dia memandang sekali imbas wajah Asraf Mukmin, kemudian tersenyum.

Meletakkan kain yang telah siap dilipat di tepi, bangun lantas menuju ke dapur. Langkahnya diatur tenang. Segelas air sejuk diteguk perlahan. Kemudian dia ke bilik Balqis, Sumayyah, Fatimah. Rutin hariannya, mencium puteri-puterinya sebelum dia masuk tidur. Dahulu, semasa puterinya kecil lagi, rutin itu dilakukan dengan suaminya. Kini, anak-anak kian beranjak remaja. Kemudian, dia menjenguk bilik putera bujangnya yang berdua, si kembar, Solehin dan Farihin.

Penghabisannya dia kembali kepada suaminya. Asraf Mukmin hanya diam, membatu diri. Dia amat mengenali isterinya. Jodoh yang diatur keluarga hampir 16 tahun yang lepas menghadiahkan dia sebuah keluarga yang bahagia, Aliyah adalah ikon isteri solehah. Namun, kehadiran Qistina, gadis genit yang menjawat jawatan pembantu tadbir kesetiausahaan di jabatannya benar-benar membuatkan dia lemah.

"Kau mampu Asraf, dengan gaji kau, aku rasa kau mampu untuk beri makan 2 keluarga," sokongan Hanif, teman sepejabat menguatkan lagi hujah apabila dia berdepan dengan Aliyah.

"Abang Asraf, Qis tak kisah. Qis sanggup bermadu jika itu yang ditakdirkan. Bimbinglah Qis, Qis perlukan seseorang yang mampu memimpin Qis," masih terngiang-ngiang bicara lunak Qis.

Akhir-akhir ini, panas rasanya punggung dia di rumah. Pagi-pagi, selesai solat Subuh, cepat-cepat dia bersiap untuk ke pejabat. Tidak seperti kelaziman, dia akan bersarapan berjemaah bersama isteri dan anak- anak. Aduhai, penangan Qis gadis kelahiran Bumi Kenyalang benar-benar menjerat hatinya.

"Abang, Aliyah setuju dengan permintaan Abg. Tapi, Aliyah nak berjumpa dengan wanita tu," Lembut dan tenang sayup-sayup suara isterinya. Dia tahu, Aliyah bukan seorang yang panas baran. Aliyah terlalu sempurna, baik tetapi ahh hatinya kini sedang menggilai wanita yang jauh lebih muda.

"Bawa dia ke sini, tinggalkan dia bersama Aliyah selama 1 hari saja, boleh?" pelik benar permintaan isterinya. Hendak dipengapakan apakah buah hatinya itu? Namun, tanpa sedar dia menganguk, tanda setuju. Sebab, dia yakin isterinya tidak akan melakukan perkara yang bukan-bukan.

Dan hakikatnya dia seharusnya bersyukur. Terlalu bersyukur. Kalaulah isterinya itu wanita lain, alamatnya perang dunia meletus lah jawabnya. Melayanglah periuk belanga. Ehhh, itu zaman dulu-dulu. Zaman sekarang ni, isteri-isteri lebih bijak. Teringat dia kisah seorang tentera yang disimbah dengan asid, gara-gara menyuarakan keinginan untuk menambah cawangan lagi
satu. Kecacatan seumur hidup diterima sebagai hadiah sebuah perkahwinan yang tidak sempat dilangsungkan.

Dan dia, hanya dapat senyuman daripada Aliyah. "Apa, nak suruh Qis jumpa dengan isteri Abg," terjegil bulat mata Qis yang berwarna hijau. "Kak Aliyah yang minta," masih lembut dia memujuk Qis. "Biar betul, apa dia nak buat dengan Qis?" "Takutlah Qis, silap haribulan dia bunuh Qis!" terkejut Asraf Mukmin.

"Percayalah Qis, Aliyah bukan macam tu orangnya. Abg dah lama hidup dengannya. Abg faham," Qistina mengalih pandangannya. Mahu apakah bakal madunya berjumpa dengannya? Dia sering disogokkan dengan pelbagai cerita isteri pertama membuli isteri kedua. Heh, ini Qistina lah. Jangan haraplah jika nak membuli aku. Desis hati kecil Qistina.

Hari ini genap seminggu Qistina bercuti seminggu. Seminggu jugalah dia merindu. Puas dicuba untuk menghubungi Qistina, namun tidak berjaya. Rakan serumah menyatakan mereka sendiri tidak mengetahui ke mana Qistina pergi.

Genap seminggu juga peristiwa dia menghantar Qistina untuk ditemuduga oleh Aliyah. Sedangkan dia sendiri diminta oleh Aliyah bermunajat di masjid Putra. Di masjid itu, hatinya benar-benar terusik. Sekian lamanya dia tidak menyibukkan dirinya dengan aktiviti keagamaan di masjid Putra.

Dulu, sebelum dia mengenali Qistina, saban malam dia akan bersama dengan Aliyah serta anak-anaknya, berjemaah dengan kariah masjid. Kemudian menghadiri majlis kuliah agama. Membaca AlQuran secara bertaranum itu adalah kesukaannya. Namun, lenggok Qistina melalaikannya. Haruman Qistina memudarkan bacaan taranumnya. Hatinya benar- benar sunyi. Sunyi dengan tasbih, tasmid yang sering dilagukan. Seharian di Masjid Putra, dia cuba mencari dirinya, Asraf Mukmin yang dulu. Asraf Mukmin anak Imam Kampung Seputih. Asraf Mukmin yang asyik dengan berzanji. Menitis air matanya.

Hatinya masih tertanya-tanya, apakah yang telah terjadi pada hari itu. Aliyah menunaikan tanggungjawabnya seperti biasa. Tiada kurangnya layanan Aliyah. Mulutnya seolah-olah terkunci untuk bertanya hal calon madu Aliyah.

Tit tit... sms menjengah masuk ke kantung inbox hensetnya. "Qis minta maaf.
Qis bukan pilihan terbaik utk Abg jadikan isteri. Qis tidak sehebat kak Aliyah. Qis perlu jadikan diri Qis sehebatnya utk bersama Abg," Dibawah hensetnya, ada sekeping sampul besar.
************ ********* ********* ********* ********* ********* *********

Kepada:
Asraf Mukmin,

Suami tersayang...
Asraf Mukmin diburu kehairanan. Sampul berwarna cokelat yang hampir saiz dengan A4 itu dibuka perlahan.

Dengan Nama Allah Yang Maha Pemurah Lagi Maha Pengasihani, Salam sejahtera buat suami yang tercinta, moga redhaNya sentiasa mengiringi jejak langkahmu.

Abg yang dikasihi,
Genap seminggu sesi temuduga yang Aliyah jalankan pada Qistina. Terima kasih kerana Abg membawakan Aliyah seorang calon madu yang begitu cantik. Di sini Aliyah kemukakan penilaian Aliyah.

1. Dengan ukuran badan ala-ala model, dia memang mengalahkan Aliyah yang
sudah tidak nampak bentuk badan. Baju-bajunya memang mengikut peredaran
zaman. Baru harum pewanginya seakan sepanjang masa, berlawanan dgn Aliyah..
Tapi, Aliyah sayangkan Abg. Aliyah tak sanggup Abg diheret ke neraka kerana
menanggung dosa. Sedangkan dosa Abg sendiri pun, masih belum termampu untuk
dijawab di akhirat sana , apatah lagi Abg nak menggalas dosa org lain.
Aliyah sayangkan Abg...

2. Aliyah ada mengajak dia memasak. Memang pandai dia masak, apatah lagi
western food. T! api, Aliyah sayangkan Abg. Aliyah tahu selera Abg anya
pada lauk pauk kampung. Tapi tak tahulah pula Aliyah kalau-kalau selera Abg
sudah berubah. Tapi, Aliyah masih ingat lagi, masa kita sekeluarga singgah
di sebuah restoran western food, Abg muntahkan semua makanan western food
tu. Lagi satu, anak-anak kita semuanya ikut selera ayah mereka. Kesian
nanti, tak makan la pula anak-anak kita. Aliyah sayangkan Abg...

3. Aliyah ada mengajak dia solat berjemaah. Kelam kabut dibuatnya. Aliyah
minta dia jadi Imam. Yelah, nanti dia akan menjadi ibupada zuriat Abg yang
lahir, jadinya Aliyah harapkan dia mampu untuk mengajar anak-anak Abg nanti
untuk menjadi imam dan imamah yang beriman. Tapi, kalau dia sendiri pun
kelam kabut memakai telekung... Aliyah sayangkan Abg...

Abg yang disayangi, cukuplah rasanya penilaian Aliyah. Kalau diungkap satu
persatu, Aliyah tak terdaya. Abg lebih memahaminya. Ini penilaian selama 1
hari, Abg mungkin dapat membuat penilaian yang jauh lebih baik memandangkan
Abg mengenalinya lebih dari Aliyah mengenalinya.

Abg yang dicintai,
Di dalam sampul ini ada borang keizinan berpoligami. Telah siap Aliyah tandatangan. Juga sekeping tiket penerbangan MAS ke Sarawak.Jika munajatAbg di Masjid Putra mengiayakan tindakan Abg ini, ambillah borang ini, isi dan pergilah kepada Qistina. Oh ya, lupa nak cakap,Qistina telah berada di sawarak. Menunggu Abg...Aliyah sayangkan Abg... Tetapi jika Abg merasakan Qistina masih belum cukup hebat untuk dijadikan isteri Abg, pergilah cari wanita yang setanding dengan Aliyah. .. Aliyah sayangkan Abg.

Jika Abg merasakan Aliyah adalah isteri yang hebat untuk Abg.. tolonglah bukakan pintu bilik ni. Aliyah bawakan sarapan kegemaran Abg, roti canai..air tangan Aliyah.

Salam sayang,
Aliyah Najihah binti Mohd Hazery
*************************************
Tangannya pantas membuka pintu biliknya. Di situ berdiri Aliyah Najihah bersama-sama hidangan sarapan pagi kegemarannya. Dia tersenyum! Benar, tiada isteri sehebat Aliyah isterinya!!! !!

Sunday, October 11, 2009

Saturday, October 10, 2009

Rumahtangga



.........renungkanlah..........

Apabila seorang lelaki dan wanita melangkah ke alam perkahwinan, setiap
mereka membayangkan kebahagiaan ada di depan sana, kerana CINTA mereka
telah berpadu dalam satu ikatan, tetapi sebenarnya 'cabaran-dugaan hidup'
yang lebih mencabar sedang menanti...

Setelah cita-cita untuk berkahwin tercapai, ia bukan la menjamin
kebahagiaan seseorang.

Sebaik selesai diijabqabulkan, di sini bermula 'cabaran-dugaan-masalah'.
Bagaimana menjaga sensitiviti pasangan masing-masing, mertua,
tanggungjawab, ekonomi dan seribu satu macam masalah lagi...

Jangan menafikan ini semua!

Hanya pasangan yang tabah, sabar, berwawasan dan yakin sahaja sanggup
menghadapi dugaan serta masalah tersebut dan akan terus melayari bahtera
mereka hingga ke akhir hayat... Tidak kurang juga pasangan yang kecundang,
karam dan lemas... Ini disebabkan kelemahan jiwa mereka...

Di saat itu, mereka memerlukan orang ketiga sebagai Penasihat... Dan
berhati-hatilah mencari penasihat, kerana TERkadang, penasihat juga boleh
menjerumuskan ke arah kehancuran rumahtangga tersebut. Jangan ambil
penasihat yang berciri BATU ASAH...

Pendapat soul, (serlahkan pendapat anda juga), 'perkahwinan itu sendiri'
"mengambil masa" untuk 'proses penyesuaian' antara lelaki dan wanita.
Selagi kita tidak tinggal sebumbung, jangan sesekali kita katakan kita
sudah cukup kenal seseorang...

Sesetengah orang berpendapat, mereka perlu mengenali pasangan mereka
sebelum menikah...Dengan kata lain "bercinta dulu..." Ada yang berjaya dan
ada yang masih gagal mengenali pasangan mereka.

Ada perkahwinan yang terjadi tanpa pernah berlaku pertemuan atau
perkenalan... Ada yang berjaya dan ada juga yang gagal...

Kebahagiaan sesebuah mahligai, tidak datang menggolek...
Kebahagiaan rumahtangga perlu dipupuk...

Semuanya terletak kepada ANDA, 'suami dan isteri', bagaimana
mengemudikan bahtera rumahtangga tersebut?

Setiap pasangan meng'impi'kan pasangan yang akan memenuhi naluri atau
impian mereka. Aku juga tidak terkecuali dengan impian itu...

Sebelum aku melangkah ke gerbang perkahwinan, aku meng'angan'kan
suami yang BERIMAN, (bagiku, kalau dah beriman yang lain-lain akan
lahir la, bertanggungjawab, sabar, pengasih, timbang rasa, tolak-
ansur, persefahaman, cemburu dan jenaka.)

Sebaik cincin disarung ke jarimanisku, ingin saja aku berbisik kepadanya,

"Abang, andai abang impikan mahligai kita bahagia, semaikan keiman
kepadaku dan anak-anak, bajai dengan kasih sayang, siramilah dengan
persefahaman, belailah dengan tolak-ansur, renjiskan sedikit api
cemburumu dan gemburkan dengan jenakamu..."

Tapi sayang, aku tidak berpeluang berbuat demikian...

Membentuk keluarga bahagia bukan la semudah kita melafazkan, " Aku
mahu keluarga bahagia."

Sesiapa sahaja menginginkan keluarga bahagia. Tahukah kalian, rumahtangga
bahagia `tidak ujud' hanya dengan kata-kata... Ia memerlukan kesabaran,
usaha dan yang paling utama pengorbanan... Pengorbanan suami-isteri ke arah
itu...

Kesungguhan suami-isteri membentuk keluarga bahagia memerlukan ilmu
(teori). Ilmu bukan setakat teori sahaja, tetapi untuk di praktikkan!

"Rata-rata kita lihat lebih teori dari praktikal"

Rumahtangga bahagia, keluarga harmoni adalah cita-cita aku dan aku
ingin merealisasikan sampai bila-bila... kerana aku berpendapat,
keharmonian itu bermula dari rumah... "Rumahku, Syurgaku."

Kekadang kaum wanita terpaksa beraksi pelbagai cara, kekadang
bersopan-santun, kekadang tunjukkan ketegasan..

Ingatlah perpatah ini "LEMBUT WANITA BUKAN UNTUK DIPULAS..."

Kalau terpaksa berkeras, jadi la sekeras waja, kerana waja itu masih boleh
di tempa... Jangan kau jadi sekeras batu? kerana batu tidak mudah untuk
dibentuk... Ada masa kau perlu menunjukkan PENDIRIANmu...

Kebanyakan lelaki dambakan wanita 'cerdik'... Cerdik bukan hanya kerana
ijazahnya kelas pertama.. tetapi cerdik untuk menguruskan hal ehwal
pentadbiran rumahtangga... Cerdik dalam membuat keputusan bila suami dalam
kebuntuan... Cerdik mendidik anak-anak, Cerdik dalam 'argument' dan lojik?.
Jangan hanya jadi 'pak turut'?

Wanita pula dambakan lelaki yang 'alert'...
Jangan setelah melakukan kesilapan baru mengaku TERsilap...
Lelaki hendaklah cekap dalam menangani masalah...
Jangan biarkan masalah menjadi 'api dalam sekam...'
Bila parah, baru hendak bertindak... Saat itu mungkin sudah TERlambat,
kerana 'sekam' telah menjadi abu dan tidak dapat diperbetulkan lagi
keadaan...

Wahai wanita yang dipanggil isteri, taatlah suamimu selagi dia tidak
menyekutui Allah dan RasulNya...

Wahai lelaki yang dipanggil suami, jangan engkau menyusahkan
isterimu, selagi isterimu tidak menderhaka kepadamu, Allah dan RasulNya...

'Beriman dan bertanggungjawab' memainkan peranan yang penting dalam
rumahtangga...Dan, jangan sesekali menuntut "suami" sahaja, atau "isteri"
sahaja memainkan peranan...

Sebenarnya, peranan itu untuk kedua-dua pihak..."suami-isteri."

Itu la taarif "perkongsian hidup"... Peranan kedua-dua.
"Kongsi kasihsayang, tanggungjawab, kesetiaan dan seribu macam yang
berkaitan dengan hubungan kedua insan yang bernama 'suami dan isteri...'

'Teori' jangan hanya untuk mencari kelemahan pasangan kita... TETAPI
kedua-dua pihak WAJIB menunjukkan keIMANan dan TANGGUNGJAWAB
masing-masing...('menunjukkan' di sini bukan bermaksud untuk
dibangga-banggakan TETAPI sebagai AMALAN -PRAKTIKAL)

Contohnya: Jika suami leka menonton bola dan melambatkan sembahyang. Isteri
WAJIB beri peringatan... Begitu la sebaliknya jika isteri pula leka...

Aku ingin berpesan kepada wanita, sebagai isteri, jangan sesekali gentar
atau takut untuk memperingati KELALAIAN suami... Biar dia marah kita,
katakan, 'Allah lebih marah perbuatanmu...' Dan, katakan 'kita hanya takut
kepada kemurkaan Allah...' Jika suami itu seorang yang beriman, pasti dia
akan tersedar dan ber'terima kasih' kerana menyedarkanya dari kelalaian
itu... Tetapi kalau suami yang ego, pasti terdapat bantahan... Biarkan dia
berbantah... Sekurang-kurangnya, tanggungjawab kita sebagai isteri untuk
memberi peringatan telah kita laksanakan...

Sabda Rasulullah SAW:
"Wahai suami, didiklah isteri dan anak-anakmu, kerana semua itu dibawah
pimpinanmu dan di akhirat nanti, engkau akan dipersoal terhadap
kepimpinanmu?"

Suami dan isteri adalah watak utama dalam pentas rumahtangga dan mereka
perlu "berganding bahu" dengan utuh untuk membentuk 'keluarga bahagia...'
Jangan sesekali `suami' menunding kepada 'isteri' atau 'isteri' menunding
kepada 'suami' bila berlaku atau terjadi kesilapan dan kelalaian, kerana
jika salah seorang mereka 'sedar' terjadi kelalaian tersebut, kenapa tidak
'diberi peringatan' kepada pasangan kita?

Manusia sentiasa alpa...

Di sini ilmu amat penting...
Didik dengan lemah-lembut, tetapi 'tegas' atau 'keraskan' suaramu jika
terdapat KEDEGILAN di situ... Jangan biarkan 'dia' mempermainkan perintah
Allah SWT!

Alam perkahwinan itu 'amat manis'...semanis berbulan madu, tetapi menjadi
'amat pahit'...sepahit hempedu, jika pasangan tidak memainkan peranan yang
sepatutnya seperti Allah telah tetapkan dan dipratikkan oleh RasulNya...

Kita tidak mungkin menjadi isteri/ibu, suami/ayah yang 'perfect'...tetapi
memadai, "tanggungjawab" kita tunaikan sebaik mungkin untuk pasangan kita
dan anak-anak...

Cuba tunaikan HAK pasangan kita pun dah cukup..HAK isteri dan HAK suami...

Dan pesanan terakhir, "Jangan biarkan pasangan anda tidur sebelum berdamai,
kerana tidur dalam keadaan perasaan TERTEKAN begitu tidak merehatkan rohani
dan jasmani?dan lagi, bimbang kekalau di taqdirkan Allah...pasangan anda
meninggal dalam tidur...kot-kot anda menghadapi tekanan jiwa yang teruk
pulak..."

Friday, September 25, 2009

Suami tumpang kesenangan isteri


Utusan Malaysia
24/05/2009

BIASANYA apabila seseorang itu tak kira lelaki ataupun perempuan, kalau dia dah suka dan sayang, pada seseorang, dia tidak akan mahu mendengar nasihat orang lain walaupun ibu bapanya sendiri yang dianggapnya musuh. Padanya semua nasihat itu hanya untuk menghancurkan impiannya, lebih teruk lagi di anggap berniat jahat
Demikian pandangan seorang adik bernama Edriana, dalam e-melnya kepada penulis. Katanya dia ingin menceritakan penderitaan yang ditanggang oleh kakaknya, Eliza gara-gara berkahwin dengan suami orang. Walaupun kini kakak sudah berkahwin lebih 5 tahun, tapi kami sekeluarga tahu hidupnya menderita bukan seperti yang dia gambarkan bahawa dia bahagia.
''Tidak ada seorang pun ahli keluarga kami suka dengan keputusannya untuk berkahwin dengan suami orang. Malah tuduhan kaum keluarga madunya bahawa kami menggalakkan keputusannya mahu berpoligami itu semuanya bohong belaka.
''Emak dan ayah sendiri menasihati dan membantah keputusannya, tetapi kakak degil dia tetap dengan keputusannya. Saya rasa semua ibu bapa tak suka kalau anaknya bermadu, tetapi kalau anaknya berkeras dengan keputusannya, apa yang boleh dilakukan. Anak tetap anak, takkan ibu bapa nak buang anak semata-mata kerana dia berpoligami.
''Kami juga tahu tidak akan aman hidup wanita yang berpoligami, baik yang kena madu atau pun bermadu, Sama-sama akan hidup dalam penuh penderitaan. Mungkin di luar sahaja mereka nampak gembira, tetapi dalam hati hanya Allah yang tahu. Hidup kakak pun sama, seperti kata pepatah Melayu 'macam ikan dalam lukah, nak masuk senang, nak keluar susah.'
''Saya baca banyak cerita orang bermadu dalam ruangan DCCK ini, saya rasa tidak ada kesenangan dan kegembiraan dalam hidup mereka. Tetapi kerana sudah tersilap langkah, nak berpatah balik terasa malu. Terutama bila bersuami macam suami kakak yang kami panggil 'poyo' dan suka mengambil kesempatan atas kedudukan kakak saya.
''Tujuan saya bercerita ini untuk menjadi teladan kepada saya juga kepada gadis-gadis lain supaya janganlah terjebak hidup bermadu. Untuk itu saya suka berkongsi cerita dengan anda semua. Biarlah cerita pahit maung kehidupan kakak saya ini menjadi pembuka mata kepada gadis juga wanita yang dibuai mimpi indah oleh suami orang bahawa cinta itu indah.
''Masa kak Eliza mula berkahwin dahulu umurnya sudah lanjaut lebih 30-an kerana itu dia tak memilih agaknya, tapi suaminya pun pandai memilih, kerana wanita lanjut usia senang dipikat dan mungkin dia menyangka kakak sudah tidak ada pilihan kecuali dia walaupun sudah berkahwin dan ada anak-anak yang ramai.
''Ketika emak membantah keputusan kak Eliza, kakak kata dia tahu apa yang dia lakukan dan dia tahu memilih antara batu dengan intan, dan dia sudah cukup matang untuk membuat pilihan lagi pun dia yang berhak dan akan menentukan hala tuju kehidupannya.
perampas
''Emak dan kami sekeluarga menolak sebab bakal suaminya sudah ada empat orang anak yang masih kecil, dan sudah tentu kami tak suka mendengar cemohan orang bahawa kakak perampas suami orang. Tapi apakan daya, usaha kami gagal. Nasihat kami bagaikan angin lalu kepadanya.
''Seawal perkenalan mereka, kami sekeluarga telah menghidu bahawa bakal suami kak Eliza ini jenis orang yang tidak boleh dipercayai katanya-katanya, suka 'cakap besar' atau paling sesuai di panggil 'poyo'. Kalau berbual dia sahaja yang pandai, dia sahaja yang serba tahu. Pantang terdengar isu-isu negara dan semasa semuanya dia tahu, semua dia nak cakap, dan kalau pasal bercakap mengalahkan Tun Dr. Mahathir yang berpengalaman luas itu. Pantang ditanya dan dicolek, semua dia tahu. Itu yang membuatkan kami tambah meluat dengan sikapnya itu.
'' Ke'poyo'annya itu jadi lebih ketara selepas mereka kahwin. Lagaknya hari pertama dia menjejakkan kaki ke rumah kami, sikapnya memang jenis mengangkat diri, cakap besar. Mengaku gaji besar, adik-beradiknya kaya-raya, pakaiannya berjenama dan ada kelas.
''Tetapi pada kami yang mendengar ceritanya itu, kami anggap semua kata-kata itu hanya pembohong belaka, dia cuba tarik perhatian kami dengan cerita tentang isu semasa, tetapi kami tak berminat nak dengar. Kami anggap ceritanya seperti angin lalu, kerana kami tahu siapa dia yang sebenar dia hanyalah seorang penjawat jawatan awam yang bergaji kecil sahaja.
''Apa yang menjadi tragisnya, kini segala sakit pening dan makan minum suaminya bersama empat orang anaknya adalah di bawah tanggungan kak Eliza sendiri. Bukan setakat itu sahaja, malah segala perbelanjaan tambahan untuk sekolah anak-anaknya yang empat orang itu juga menjadi sebahagian tanggungan besar kak Eliza.
''Walaupun kak Eliza seolah-olah berjaya menjadi 'primadona' dalam rumahnya sendiri, tetapi hati kecil kami dapat meneka bahawa kakak mungkin atau sememangya menyesal bersuamikan lelaki poyo yang tiada apa itu melainkan pembohongannya semata-mata.
''Kami memang nak padankan muka kak Eliza kerana salah membuat pilihan dek kerana sikap kepala batunya sendiri, tetapi dalam masa yang sama kami kasihan melihat kehidupan dia sekarang, luar nampak gembira tetapi bila sendiri kami lihat dia memang sedih. Inilah akibatnya engkar dan tak mahu dengar nasihat emak dulu.
''Kak Eliza jadi lebih tersepit kini kerana kami dapat tahu suaminya telah pun menceraikan isteri pertama tanpa sebab. Secara luaran memanglah kak Eliza dah menang, tetapi dia terpaksa tanggung segala masalah, malah hidupnya lebih teruk lagi. Kami tahu rahsia ini dari kawan-kawannya sendiri, yang simpati dengan hidup kak Eliza.
''Apa yang menjadi masalah besar kak Eliza, kalau dulu anak-anak tirinya datang pada hujung minggu, tetapi kini menjadi tanggungjawab dia sepenuhnya, kerana madunya tidak mengambil anak-anaknya, sebaliknya menyerahkan kepada bekas suaminya. Namun bekas suaminya lepaskan semua tanggungjawab itu kepada kak Eliza. Siapa tak pening menguruskan empat orang anak yang masih kecil sedangkan dia sendiri sudah ada anak sendiri. Memang pening.
''Kini apa lagi, anak-anak pakej perkahwinan kak Eliza sudah mula tunjuk belang dan sudah mula bermaharajalela dalam rumah kak Eliza. Kalau dulu pembantu rumah menjaga dua orang anak kakak sahaja, kini sudah bertambah jadi enam orang, itu belum masuk ragam dan perangai suaminya lagi yang banyak kerenah dan serba tak kena itu.
jawatan tinggi
''Apa yang kami bimbang bukan setakat pembantu rumah minta tambahan gaji, malah lebih teruk kalau dia cabut lari, apa nak jadi dengan hidup kak Eliza. Dia tak boleh buat kerja main-main memandangkan jawatan tinggi yang dijawatnya di pejabat. Dan dia tak boleh cuti sesuka hati bila pembantu rumah buat hal atau anak-anak tirinya sakit. Nak harapkan suaminya, jangan fikirlah, dia cuma fikirkan tentang keselesaan hidup dan dirinya sahaja. Lain-lain tugas dia serahkan kepada kakak sahaja.
''Apa yang lebih memeningkan kepala kak Eliza ialah sikap suaminya yang tak mahu bertolak ansur, tak mahu sama bertanggungjawab. Dia cuma fikirkan hidupnya mahu senang. Orang lain susah dia tak ambil peduli. Dia pernah cakap, kak Eliza patut bersyukur dapat suami, kalau tidak tak kahwinlah dia entah sampai bila. Sebab itulah dia terus berlagak mengharapkan orang berterima kasih dengannya kerana mengambil kakak jadi isterinya.
''Lebih menyakitkan hati kami sejak berkahwin, suami kak Eliza tak mahu lagi masuk hospital kerajaan kalau sakit, bukan dia sahaja, malah anak-anaknya pun sama. Dia mahu dirawat di hospital swasta yang bertaraf hotel tu. Bilnya tentulah kakak yang bayar. Sapa boleh tahan kalau semua anak-anak tirinya pun di rawat di hospital yang sama? Gaji besar pun tak mampu.
''Suaminya akan berhujah sekiranya kak Eliza ingin membawanya mendapatkan rawatan ke hospital kerajaan. Peliknya kakak seperti orang yang kena 'bomoh' dia hanya mampu mengiyakan kata-kata suaminya sebagai tanda bersetuju dengan cadangan suaminya yang poyo itu untuk dibawa ke hospital swasta bertaraf hotel itu untuk mendapatkan rawatan.
''Disebabkan tindakan suaminya yang kurang matang itu, kami adik-beradik terpaksa keluarkan wang kami sendiri untuk membantu kak Eliza menyelesaikan bil-bil hospital yang amat tinggi atas permintaan kak Eliza, tapi kami terpaksa merahsiakan dari pengetahuan emak.
''Alasan yang selalunya suaminya gunakan kalau dia mendapatkan rawatan di hospital swasta yang mahal itu ialah kerana keselesaan yang dia dapat, perkhidatannya cepat tetapi apa yang paling kami tidak boleh terima apabila suami kakak Eliza kata ''kalau kawan-kawan abang datang melawat abang kat hospital ini abang sure mereka semua ternganga!'.
Demikian cerita Edriana yang amat bersimpati dengan nasib kakaknya. Kerana dia bukan wanita sembarangan, tetapi punya jawatan penting dan masa depan yang cerah. Janganlah hendaknya masalah rumah tangganya menjadi pemusnah karjayanya satu hari nanti.
Ramai berkata kejayaan seorang suami disebabkan oleh wanita di belakangnya. Begitulah juga kejatuhan seseorang wanita dalam kerjayanya disebabkan oleh lelaki di belakangnya, yang bukan sahaja tidak menyokong tetapi menghancurkannya

Tuesday, September 22, 2009

Choices


by Evelyn Khor

"I chose to stay on even though I was being beaten up because I felt that the children needed a father."

"As long as he still came home to see the children, I was willing to share my husband with another woman."

"I felt that my son needed a father, otherwise he would not have a role model,
so I tolerated his drinking."

Whenever I hear women share their sufferings and how as mothers they willingly sacrifice so much of themselves for their children, I am always reminded of Suzy. I first met Suzy ten years ago. She was immaculately groomed, well dressed and beautifully coiffured. I liked her immediately when I was introduced to her – she had that sparkle in her eyes that revealed a mischievous streak and a zest for life. There was that sureness in her voice that I liked and the pert little mouth that had a certain determination about it. Yes, Suzie was the tower of strength of which I was not. A qualified teacher, she gave up her career to follow her husband to the States and later to be at home with her children. She played the role of the perfect wife and mother to a tee.

I wanted so much to be like Suzy or at least be half as forgiving. She could forgive Edward when he came home with lipstick marks on his shirt or when she found those occasional ladies’ intimate apparel underneath the car seat. She could forgive him when he failed to turn up for the dinner she had lovingly prepared or when she found out that he had gone outstation when he was supposed to be in the office. But then I used to say to myself that it was not difficult to forgive Edward because he was always so charming towards Suzy whenever he was caught with his pants down. He would make up for his wrongs in the most flattering ways.

In forgiving Edward and by courageously choosing to stay in the marriage for the children’s sake, Suzy was able to continue to provide a normal home for the children. He may not spend much time with them. At least he was there for important occasions like speech days and prize giving ceremonies.

But I wasn’t Suzy and I could not be Suzy. I chose to walk away from a destructive relationship. I learnt to be father and mother to my children. It is physically exhausting juggling between work, shopping and ferrying children. It is also emotionally draining to be the sole disciplinarian. I can no longer say, 'wait till your father gets home.’

I feel the pain for my children when their father isn’t there to share their victories and I feel their embarrassment when their father is conspicuously absent from Parents-teachers nights. Father’s Day brings us memories of a time buried but not forgotten and we find ourselves bystanders in seemingly innocent games like "Dressing up Father."

Special celebrations like weddings are especially painful. I wonder whether it is because of the tinge of envy that creeps up whenever I see other happy couples at my table or whether it is because I have run out of excuses to explain for my spouse’s absence.

Family weddings, in particular, are most cruel for they are reminders that I have to live that reality of the choice I made. While sipping the tea offered to the elders I try to maintain that smile while fighting back the tears, so as not to choke on it. The empty seat next to mine is a stark reminder of my status. The low whispers and looks of sympathy stab deep into the recess of my heart.

But perhaps the nights are the worst when the house is still. The empty space on the bed stares at me questioningly, ‘what if you have been more forgiving?’

Yes, it would have been easier if I could have been more like Suzy. At least we would still be some kind of family and I needn’t waste my creative skills on creating excuses for an absent male. Perhaps having a husband who made only public appearances is better than not having a husband at all.

It was a good five years before I met Suzy again. Unlike me, she had moved to a better neighbourhood. She was still as immaculately dressed. However, I couldn't help noticing that the spark of life in her eyes was gone. Hard little lines around her mouth replaced her ready smiles. I felt that the Suzy I knew had vanished. She was a pale shadow of the person I knew. Apparently Suzy had succeeded in providing a normal home for her children. She had learned to swallow her pride, grit her teeth and smile through her husband’s infidelities and continue to play the role of the obedient wife but all at the cost of sacrificing her own happiness.

I, on the other hand, chose to live with the pain of being unable to give my children a normal home because I did not want to go through hard life. We acknowledged each other but didn’t have much to say. The silence spoke for us – we made different choices for different reasons but each choice was no less painful than the other.
**************************
Cat: Can't help crying reading this story..

Saturday, August 29, 2009

Suami perangkap isteri dengan hutang bank

Mingguan Malaysia : 11/04/1999

Di celah-celah kehidupan

"Apabila saya membaca kisah suami bercinta dalam Internet dulu, ia terus menarik perhatian saya untuk bercerita tentang pengalaman saya. Saya rasa saya tidak malu untuk bercerita sekarang. Dulu memang saya malu nak tengok muka saudara pun rasa tebal muka, sedangkan mereka tak tahupun cerita atau kekecohan dalam rumah tangga saya.
"Bagaimanapun, pada pandangan saya masalah dalam rumah tangga hari ini bukan seorang dua sahaja wanita yang menghadapinya, memang ramai juga, tetapi mereka tidak semuanya berani untuk bercakap apa lagi untuk membawa masalah mereka ke mahkamah.

"Contohnya masalah saya. Dulu memang saya hampir separuh mati apabila menghadapi masalah ini, tetapi sekarang saya tidak mengambilnya sebagai suatu yang serius lagi.
Pada saya dia cuma pada namanya sahaja suami, tetapi bukan dalam erti kata dalam hati saya yang sebenar.
"Saya rasa cinta antara kami sudah lama mati. Saya juga hilang rasa cinta terhadapnya, tetapi saya terpaksa duduk dalam rumah ini kerana anak-anak, saya mahu anak-anak saya bersekolah dan dapat meneruskan hidupnya dengan sempurna, masanya masih panjang, sedangkan saya sudah 30 tahun, dan saya tak terfikir untuk kahwin lagi, walaupun saya akan diceraikan pada masa depan.

"Sebenarnya apabila saya dapat tahu hal suami saya main kayu tiga dengan wanita lain, saya sudah minta dia ceraikan saya. Saya katakan tak guna kita hidup dalam pura-pura, sedangkan antara kita sudah tidak ada apa-apa lagi, tetapi dia tak mahu ceraikan saya, sebaliknya masih terus dengan aktiviti mencintai wanita lain.
"Saya tidak mengadu masalah saya kepada ibu bapa saya sebab saya tak mahu mereka susah hati, saya mahu uruskan diri dan keluarga sendiri.

"Saya katakan kepada dia kalau dia mahu kami hidup dalam aman dan harmoni, ceraikan saya, tetapi dia mestilah jaga anak-anak dengan memberi nafkah. Saya katakan tak guna rajin ke masjid tunjuk alim, pakai jubah bila ke surau waktu malam sedangkan keadaan dalam rumah tangga tidak seperti yang digambarkan.
"Tetapi dia tetap berdegil tidak mahu ceraikan saya kerana malu pada jiran keliling, jadi dia tetap balik ke rumah bila ada waktu dan sesuka hatinya, sedangkan antara kami perasaan bersuami isteri sudah tidak ada lagi.

"Kami tidur berasingan, kerana pada saya dia hipokrit, pembohong sebab menunjuk-nunjuk diri sebagai orang baik sedangkan kelakuan tak seperti yang digambarkan.
"Kalau dia seorang suami yang baik, dia tidak buat kelakuan tak baik, konon kerja out station, sedangkan keadaan yang sebenar dia seenaknya main cinta dengan anak gadis orang dan bawa gadis itu pergi nikah di Thai tanpa pengetahuan ibu bapa atau keluarganya.

"Masa bercinta dengan kekasihnya dahulu lebih teruk lagi, balik sentiasa lepas maghrib atau isyak alasannya sentiasa sibuk, saya terpaksa balik ke rumah sendiri. Rupa-rupanya ketika itu dia sedang hebat di lambung ombak cinta.
"Lebih daripada tiga tahun saya diperbodohkan dengan penipuan-penipuan yang dilakukan setiap hari, alasan demi alasan dibuat dan saya mendengarnya dengan penuh simpati, kononnya kerana bebanan kerja yang semakin bertambah.

"Lebih terguris hati ini apabila kita sentiasa membantu memberi dia tambahan dan pinjaman wang, pada hal wang itu digunakan dengan tujuan untuk menyakitkan hati kita sendiri yang sentiasa jujur kepadanya.
"Dia pernah berbohong terpaksa membantu ibu dan saudaranya yang susah, termasuk juga apabila adiknya hendak kahwin dahulu, tentulah kena pakai duit banyak. Jadi dia ambil kesempatan minta tolong saya berikan wang simpanan saya untuk kegunaan saudaranya. Sudahlah tak ganti balik dia gunakan setengah dari pinjaman saya itu untuk kegunaannya berseronok dengan kekasihnya. Hati siapa tak sakit?

"Saya berikan bantuan dengan niat nak tolong, kesiankan dia dalam susah, tetapi sebenarnya dia yang gunakan duit itu untuk kegunaan sendiri dan untuk berbelanja dengan wanita lain. Itulah sebabnya saya rasa tertipu.
"Tak habis di situ dia suruh saya keluarkan wang dari kad kredit semata-mata untuk memudahkan dia berbelanja. Jadi sekarang setelah kesnya terbongkar tentulah saya sakit hati, sebab saya terasa benar-benar tertipu. Lagi mendidih darah saya ini, saya kena bayar semua hutang tersebut sendiri, dia boleh lepas tangan.

"Saya rasa orang bodoh sahaja yang percaya dengan apa juga alasannya, sedangkan dia memang berniat menipu saya isterinya yang jujur sentiasa membantunya apabila dia memerlukan bantuan.
"Saya juga berpendapat tidak ada wanita yang sanggup ditipu seperti saya, kemudian menerima kemaafan suami dengan mudah sedangkan kita tahu dia bukan sahaja berbohong tetapi telah bernikah lain.
"Saya tak nafikan ada wanita lain yang boleh menerima maaf suaminya dengan mudah dengan percaya apa juga alasan yang diberikan untuk membenarkan perbuatan salah yang telah dilakukannya. Tetapi tak semua isteri mudah diperbodohkan seperti itu. Mereka ada harga diri.

"Sebenarnya saya tak membantah dia nak kahwin lagi jika itu dia rasakan paling baik untuk dirinya, dan saya rela diceraikan. Sebab saya tidak suka diperbandingkan dengan isteri barunya itu. Saya juga tidak suka anak-anak saya dibandingkan selain daripada layanan dan susunan rumah saya. Saya faham kalau isteri baru semuanya baik. Jadi supaya tidak ada pertandingan lebih baik saya bercerai.

"Saya juga tak mahu dia buat banyak dosa menipu dan berbohong sana sini kerana nak jaga hati saya dan isteri barunya, kerana dengan tujuan nak jaga hati inilah dia akan berbuat banyak pembohongan untuk menenangkan keadaan, sedangkan dia tahu dia berbohong. Buat dosa aja.
"Saya merasakan sudah tentu dia telah membuat perancangan yang baik untuk dirinya sebelum kahwin lagi. Sebenarnya saya tak percaya suami saya boleh menipu saya. Sebab semasa kahwin dulu ibu bapa saya tak pernah cakap pasal masalah rumah tangga, dan pada pandangan saya semua suami isteri duduk baik-baik sahaja, tak ada masalah.

"Seperkara lagi tentang teman-teman pejabat, mereka selalu bersekongkol melakukan penipuan demi penipuan. Mereka bersubahat mendiamkan maksiat yang mereka tahu berlaku di depan mata mereka, dengan alasan kawan, sedangkan sebenarnya mereka suka suami saya berjaya menipu sebab mereka boleh ikut contoh yang sama.

"Sekarang baru saya tahu mereka kalau cakap pasal agama berdegar-degar tetapi pembohong dan bersubahat dengan orang yang berbohong. Pernah saya tanyakan kawan-kawannya mengapa mereka tak beritahu saya perbuatan suami saya yang menipu saya kahwin lari ke Siam.
"Dengan mudah mereka memberi beberapa alasan, pertama tak mahu campur tangan dalam urusan rumah tangga orang lain, kedua dia tak mahu lihat rumah tangga kami berantakan dan ketiga tak mahu jadi penghasut.

"Sebenarnya apa yang dikatakan itu adalah alasan semata-mata, sebenarnya mereka sendiri pun teringin nak buat sama, cuma tak berani dan belum dapat calon yang sesuai. Dan saya tak nafikan belum aja jodoh.
"Sebenarnya pada saya alasan itu juga boleh digunakan untuk menjaga kebaikan rumah tangga kawan seperti memberitahu saya supaya saya boleh berjaga-jaga dan boleh menasihatkan suami saya sendiri sebelum terlambat.

Paling tidak saya boleh berjaga-jaga tidak meminjam wang banyak pada bank untuk menggalakkan suami buat perkara yang tak baik. Dan kepada kawan-kawannya itu mereka patut ingat bagaimana nasib gadis yang dijadikan isteri itu yang belum lagi didaftarkan di negara ini, apa nasib dia, apakah dia boleh beranak nanti, apa tanggapan keluarganya jika mereka tahu. Pada pandangan saya mereka bersubahat.

"Mereka membiarkan pembohongan dan penipuan berlaku di depan mata mereka dengan alasan tak mahu merosakkan rumah tangga orang lain, sedangkan mereka sebenarnya ingin menggunakan taktik yang sama kepada isteri masing-masing.
"Kerana kesedaran inilah saya rakamkan masalah saya untuk kaum wanita beringat dan jangan jadi seperti saya.

"Kepada teman-teman pejabat suami saya, jangan bersubahat, kerana melihat, mendengar pembohongan juga bererti saudara itu bersubahat menutup dosa, paling tidak tercalit sama kerana mendengar pembohongan yang dilakukan, bermakna anda juga berdosa sama.
"Kalaupun tak mahu bercakap terus terang, banyak lagi cara lain boleh disampaikan kepada saya dengan surat ke, telefon ke atau sebagainya. Paling tidak saya boleh hati-hati dan tak buat banyak hutang seperti sekarang.

"Sebenarnya hutang inilah yang menambat dan menyusahkan hidup saya, saya tak boleh 'bergerak' kerana hutang. Saya benar-benar telah diperangkap."
Demikian cerita Lina panjang lebar tentang masalah yang dihadapinya, semoga kaum wanita lebih berhati-hati, terutama tentang masalah hutang yang terpaksa dihadapinya.
Kata Lina dia bimbang dalam kegawatan ekonomi sekarang ditakdirkan syarikatnya kena tutup apa yang akan terjadi terhadapnya. Demikian juga dengan suaminya. Kerana baginya hutang memang menyusahkan hidup sesiapa sahaja.

Menurutnya lagi dia tak sakit hati jika hutang itu dia yang lakukan, tetapi kerana orang lain dan keseronokan orang lain itulah yang amat menyakitkan hatinya. Semoga kita semua lebih insaf pasal hutang.

Friday, August 28, 2009

Mana silapnya bila isteri berubah kasih?

Mingguan Malaysia : 14/01/2007

Di celah-celah kehidupan
Di sini saya ingin bertanya salahkah kalau seseorang isteri itu jatuh cinta lagi dan minta cerai kerana kesalahan dan kesilapan suaminya? Memang saya sudah dapat agak jawapan pembaca semua, ramai yang mengutuk dan membenci tindakan isteri sedemikian dengan pelbagai alasan menyalahkan si isteri, tetapi kenapa jika suami yang lakukan semuanya kelihatan betul dan benar. Mengapa? Malah turut menyalahkan isteri konon tidak pandai melayan suami. Salahkah kalau saya katakan bahawa suami juga tidak tahu menyayangi dan menilai isteri punca isterinya berubah kasih?’’ demikian persoalan besar yang dibentangkan oleh Puan NuriAina dalam e-melnya kepada penulis dan ketika kami berbual panjang.
‘‘Sudah banyak kisah kehidupan saya baca dari ruangan yang cukup menarik hati ini, tetapi saya rasa tak ada satu pun persoalan yang dibawakan sama seperti hebatnya pengalaman pahit yang saya lalui selama ini. ‘‘Saya bukan hendak memperjuangkan hak-hak wanita dalam kehidupan, tetapi saya ingin bertanya apakah salah perbuatan saya, jika suami saya tidak tahu melayan dan melihat isi hati saya selama ini yang menjadi punca kasih sayang dan cinta berubah.


‘‘Untuk tidak membuang banyak masa puan saya ingin berterus terang masalah saya sejak lebih enam tahun lalu. Dulu rumah tangga saya aman bahagia, kami sama-sama pelajar lulusan luar negara kembali ke tanah air dan menjawat jawatan yang baik juga sebelum berumah tangga lebih 15 tahun lalu. Sayangnya, setelah hampir 10 tahun berkahwin suami saya Kay mula buat hal bercinta dengan ramai gadis.


‘‘Puas saya bersabar dan menasihatinya, supaya ingatkan anak-anak yang sedang membesar dan perniagaannya yang sedang meningkat, tetapi semua nasihat saya tidak dipedulikan. Lebih lima tahun lamanya saya bersabar dengan kerenahnya yang jarang lekat di rumah, setelah berhenti jadi orang bisnes. Semua alasannya pulang lewat diletakkan kepada urusan bisnes, tetapi saya tahu semua itu dalihnya untuk mencari hiburan di luar bersama kawan-kawan.


‘‘Bila berhibur lebih dipentingkan dan diberi keutamaan daripada perniagaan, lama-kelamaan perniagaan kucar-kacir. Bila timbul masalah, rakan kongsi dipersalahkan, lepas itu kakitangan dibuang dan dipinggirkan kerana tidak bekerja dengan betul dan tidak amanah. Tetapi pada saya semuanya berpunca daripada dirinya yang tidak tahu menguruskan perniagaan kerana lebih pentingkan kawan dan bercinta.


‘‘Bila perniagaan kucar-kacir, mulalah buat hutang untuk menambah modal dan pelbagai alasan yang menurut ceritanya dia sajalah yang betul, orang lain semua salah. Bila lilitan hutang sukar diungkai, ketika itulah dia nampak saya sahaja tempat mengadu dan boleh meminta bantuan.
‘‘Dan tidak keterlaluan kalau saya katakan dia nampak saya setelah kawan-kawan dan keluarga khususnya adik-beradiknya tidak dapat membantu dan memberi pinjaman dan menjadi penjamin kepada pinjaman bank yang hendak dibuat. Ibunya sendiri tidak memberikan tanahnya dicagarkan.


‘‘Bila semuanya buntu, Kay nampak saya saja tempat dia bersandar. Tetapi saya bukan seperti sesetengah wanita yang tidak pernah belajar dari pengalaman pahit yang pernah mereka lalui, yang masih sayangkan suami sanggup bergadai bergolok dan menjadi galang-ganti malah sanggup menyerahkan batang leher untuk dicagarkan.


‘‘Disebabkan pengalaman pahit kerana ditinggalkan dan kasih sayang saya selama ini tidak dihargai ketika dia di puncak kejayaan, maka saya mengelak untuk menjadi penjamin untuk pinjaman bank. Tambahan pula pekerjaan saya sendiri yang ada kena-mengena dengan perbankan membuatkan saya tidak mahu dan tidak boleh mencagarkan diri saya untuk jadi penjamin.


‘‘Bila saya tolak sudah pasti berlaku bertengkaran hebat antara kami. Kay tidak mahu mendengar penjelasan sebaliknya menuduh saya cuma inginkan kesenangan tetapi tidak mahu berkorban wang ringgit untuknya. Katanya, kalau dia senang dan berjaya dalam perniagaan, saya dan anak-anak juga yang senang.
‘‘Saya menafikan, saya katakan kalau dia berjaya, bukan kami anak-beranak yang senang tetapi dirinya di samping kawan-kawan tempat dia berhibur selain kekasih-kekasihnya, juga adik-beradiknya.


‘‘Saya mengingatkan Kay, bahawa di sebalik kejayaan dan kesenangannya saya anak-beranak berasa ditinggalkan. Saya dibiarkan membayar ansuran pinjaman rumah kami yang telah digadaikannya semula semasa dia mula-mula buat bisnes dahulu.


‘‘Saya tanya Kay mengapa dia menganiaya dan membebankan hidup saya dengan hutang yang banyak. Sepanjang kejayaannya pada tahun pertama, dia ingatkan kami lepas itu langkahnya semakin jauh. Dia tidak peduli pelajaran anak-anak, malah terlupa untuk membawa kami makan angin seperti semasa dia bekerja dahulu. Pada saya bisnesnya telah menjauhkan dia dengan kehidupan kami sekeluarga.


‘‘Dulu waktu Kay mula-mula nak buat bisnes saya menyokongnya, malah bergadai bergolok pun saya sanggup, kerana dahulu Kay memang sayangkan kami anak-beranak dan tidak pernah melupakan keluarganya. Dia juga mengurus perbelanjaan rumah dan anak-anak dengan baik, walaupun kami cuma makan gaji.


‘‘Tetapi sayangnya selepas dia berjaya, janji tinggal janji. Selama lebih lima tahun saya bersabar, sambil mengharapkan dia akan berubah dan kembali memegang janjinya. Sayangnya semakin hari berlalu, kami semakin dilupakan terutama bila rangkaian kawan-kawannya bertambah ramai.
‘‘Puas saya bersabar menguruskan rumah tangga dan anak-anak dengan perbelanjaan hidup semakin meningkat menyebabkan gaji dan simpanan semakin berkurangan. Waktu itu memang saya kesal, sedih bercampur sayu mengingatkan suami yang amat saya cintai sudah berubah.


‘‘Ketika itulah saya bertemu dengan Im, senior dan kawan lama kami ketika di AS, kerana dia juga mengenali Kay, perkenalan kami cepat mesra. Kepada dialah saya mencurahkan isi hati. Im banyak menasihati saya supaya bersabar, katanya, dalam setiap perkahwinan itu pasti akan ada ujian sama ada kecil mahupun besar. Jadi sebagai umat-Nya kita perlu besabar. Katanya lagi semua ujian itu bertujuan supaya kita lebih mengingati-Nya. Kerana biasanya apabila kita senang kita lupa kepada-Nya. Saya tak nafikan mungkin itu kealpaan saya mahupun Kay.


‘‘Minggu berganti bulan, bulan berganti tahun, hubungan dan bersahabatan kami menjadi lebih akrab. Kerana Im cepat mesra tambahan pula dialah tempat kami meminta nasihat dan bantuan ketika mula-mula datang ke AS dahulu.
‘‘Persabahatan kami sedikit demi sedikit bertukar menjadi lebih mesra. Semuanya kerana ketika itu saya amat memerlukan seseorang untuk meminta nasihat atau mendengar masalah rumah tangga saya yang begitu terhimpit. Im seorang pendengar yang baik dan penyabar. Dia pun semakin rapat dengan saya setelah Kay tidak mempedulikan nasihatnya. Kerana ketika itu Kay di puncak kejayaan. Oleh kerana Im bukan kaki keluar malam atau kelab malam, maka dia bukan sahabat baik Kay.


‘‘Kerana tidak mahu menjadi penjamin, perniagaan Kay semakin sulit. Sikap pemarah dan pembengisnya semakin teruk. Akibatnya hubungan kami renggang. Sakit hatinya menjadi-jadi bila dia lihat kejayaan saya dalam pekerjaan, dan naik pangkat.
‘‘Kerana sakit hati juga dia tuduh saya ada kekasih, tambahan dia tahu saya baik dengan Im. Dia tuduh kami bercinta. Sebenarnya hubungan saya dengan Im cuma kawan biasa pada awalnya, tetapi bila dah lama bohonglah kalau saya katakan saya tidak ada perasaan padanya.


‘‘Mulanya saya nafikan tuduhan Kay, sebab kami tidak ada niat nak kahwin ataupun bercinta, sebab kami tidak pernah melahirkan perasaan masing-masing, cuma kami cepat mesra. Tetapi bila sering dituduh perasaan sebagai kawan terhadap Im semakin bertukar. Bila saya berterus-terang dengan Im dia juga tidak menafikan. Malangnya masing-masing ada ikatan.


‘‘Walaupun saya tidak berhasrat untuk berkahwin dengan Im, tetapi desakan Kay membuat saya terdesak meminta cerai. Sebabnya mudah, saya tidak mahu didesak jadi penjamin. Dan hati saya sakit bila dituduh sebagai perempuan tak baik kerana menduakan suami. Saya tidak boleh terima tuduhannya dan saya tak mahu anak-anak terpengaruh. Jadi daripada bergaduh lebih baik saya berpisah biarlah dia dengan jalannya sendiri. Kalau dia berjaya satu hari nanti itu rezeki dia.


‘‘Tetapi Kay enggan ceraikan saya. Dia masih duduk di rumah dan terus memaki hamun saya bila-bila dia suka. Saya dapat tahu dia baru memberi nafas baru kepada bisnesnya bersama rakan kongsinya yang baru. Dan tetap memerlukan bantuan.


‘‘Ada kawan suruh saya bawa anak-anak tinggalkan Kay. Tetapi nak duduk mana sedangkan saya terpaksa bayar ansuran rumah yang kami duduk sekarang. Kalau tak bayar nama saya akan disenaraihitamkan. Kay pula tak mahu keluar sebaliknya dia yang halau saya. Takkan saya nak keluar sedangkan dia duduk free. Nak jual pun tak boleh sebab mahal sangat. Saya benar-benar terikat kerana percayakan Kay dahulu.
‘‘Kerana masalah inilah juga menyebabkan cinta saya kepada Im semakin mendalam. Dialah menyejukkan hati saya. Itu cukup bermakna kerana orang yang saya cintai menganiaya saya. Tetapi bukanlah bermakna saya minta cerai kerana nak kahwin dengan Im. Saya mahu dibebaskan kerana tidak tahan lagi dengan sikap Kay.


‘‘Sebenarnya saya boleh hidup dengan Kay kalau dia tidak mengganggu hidup saya. Kalau dah tak buat bisnes, duduk aja di rumah, saya boleh uruskan semua ini, tetapi jaga mulut, jangan tuduh sembarangan. Tetapi masalahnya Kay dah biasa jadi bos tak mahu jadi pengikut dan diarah.


‘‘Bila tak berjaya dan menyedari dirinya tidak berupaya lagi dia menyusahkan hidup saya. Sentiasa mencari jalan menyalahkan saya. Sebab itu saya minta diceraikan. Saya tak mahu jiwa, hati, perasaan dan emosi saya terganggu dengan pelbagai pertuduhan yang menyakitkan hati dan bukan salah saya pada awalnya.


‘‘Jadi di sini saya ingin tanya kalau suami nak kahwin lagi atau ceraikan isterinya bagi alasan isteri tak pandai layan dan tak memahami jiwanya, maka salahkah isteri minta cerai, bercinta lagi atau nak kahwin lagi kerana suami tidak bertanggungjawab, menganiaya dan melupakan keluarganya? Rasa-rasanya alasan saya lebih kuat,’’ demikian cerita Nuri Aina yang masih tinggal serumah dengan suaminya. Tetapi hati, perasaan dan katil lain-lain. Katanya, Kay enggan ceraikannya, nak bawa ke mahkamah dia kesiankan perasaan anak-anak terganggu.


Sebenarnya bukan Nuri Aina sahaja berkeadaan begini malah ada segolongan wanita yang memendam rasa sejak sekian lama kerana sikap suami. Mereka terpaksa mendiamkan diri kerana bukan mudah nak tuntut cerai bila suami enggan. Mahkamah Syariah bukan tempat wanita mengadu nasib, jadi hiduplah mereka memendam rasa dengan perasaan penuh kebencian. Apakah ini dikehendaki Allah dan fikirkan juga emosi anak-anak yang lahir dari keluarga seperti ini. Di manakah keluarga harmoni kita? Wahai suami anda wajib bertanggungjawab.
www.dcckmona.com
dcckmonaum@hotmail.com

Suami bernafsu pada lelaki

Minguan Malaysia : 16/12/2007


Di celah-celah kehidupan

‘‘HATI saya cukup tersentuh ketika membaca kisah hidup ‘penyu power menangis’ yang disiarkan beberapa minggu lalu. Sedih kerana kami senasib, kedua-duanya tidak dipedulikan oleh pasangan masing-masing.


‘‘Sebenarnya dah lama saya nak kongsi pengalaman pahit saya ini dengan pembaca tetap DCCK, tetapi saya tak berdaya, namun setelah membaca kisah penyu, saya kuatkan semangat menulis dalam e-mel dan menghubungi puan penulis untuk mencurahkan isi hati saya. Saya faham perasaan penyu, tetapi masalah saya lebih teruk lagi,’’ demikian cerita NorElyna.



‘‘Emak saya meninggal dunia ketika saya di tingkatan lima. Walaupun saya sedih, tetapi saya berjaya dalam SPM dan dapat melanjutkan pelajaran ke luar negara. Tamat pengajian, ayah suruh sambung belajar, tetapi saya tolak, sebab adik-adik masih belajar. Dan masalah ini selesai setelah ayah kahwin lagi dengan seorang wanita yang baik menjadi ibu tiri kami.


‘‘Setelah bekerja, macam ibu bapa lain, ayah suruh saya kahwin. Saya pulak memang tak ada teman lelaki. Walaupun saya moden tetapi bab mencari jodoh saya memang konservatif. Atas desakan ayah dan keluarga mereka cadangkan saya kahwin dengan Shahril. Kebetulan keluarga Shahril sibuk satu kampung mencarikan jodohnya, sebab dah dekat 40 tahun pun masih bujang. Kebetulan kampung kami berhampiran. Dan saya muda lebih 10 tahun darinya.


‘‘Saya tolak permintaan ayah sebab saya baru bekerja, masih muda, dia 10 tahun lebih tua dari saya. Tapi ayah terus mendesak. Dalam tempoh bertunang, memanglah Shahril tunjuk baik, tetapi saya rasa ada sesuatu tak kena tentang dirinya.
‘‘Setiap kali balik kampung saya beritahu ayah tak mahu kahwin, saya menangis tapi ayah pujuk katanya, marriage is something beautiful. Akhirnya kerana tidak mahu mengecewakan ayah, saya kahwin juga. Shahril pula ingat saya ini damn excited to be married to a Timbalan Pengarah.


‘‘Ini masuk bab hubungan suami isteri. Minggu pertama di rumah ayah lepas kahwin, sekali pun dia tak sentuh saya, katanya dia tak suka, ini bukan rumah dia. Bertandang ke rumah emaknya pun sama. Tetap tak sentuh saya, dengan alasan sama. Ok! Fine! Saya tak kisah! Tak ada bulan madu pun tak apa. Alasannya sibuk. It took him more than one month after marriage to touch me. Kalau penyu kata isterinya sejuk, Shahril dah jadi air batu. Dia tak berminat, tak berselera dan tak bernafsu. Jangan cakap pasal nak belai-belai, bermanja-manja, tak ada intimacy langsung.


‘‘Mula-mula pindah duduk rumah saya (rumah pemberian ayah) tak sampai sebulan ajak pindah ke tempat lain. Katanya, tak sesuai. Sebagai isteri saya ikut aja. Rumah kedua pun tak lama katanya, tak sesuai. 


‘‘Saya menurut, lagipun di kondo tu satu tingkat cuma tiga buah unit ada penghuni, yang lain kosong. Depan, kiri, kanan semuanya kosong. Memang menyeramkan. Saya tak takut kalau dia ada di rumah, tetapi dia balik rumah pukul 2 atau 3 pagi setiap hari. Sabtu dan Ahad dia hilang entah ke mana.


‘‘Bila saya tanya kenapa balik lewat alasannya trafik jam. Mustahil jalan jam balik pukul 2 atau 3 pagi. Saya yang kerja lebih jauh boleh balik cepat, dapat sembahyang maghrib di rumah. Dia memang tak pernah sembahyang langsunglah.
‘‘Kadang-kadang tu rasa pelik juga saya baru kahwin, tapi suami selalu tak ada di rumah. Di pejabat ramai kawan suruh balik cepat. Kata mereka, pengantin baru kalau malam Jumaat mesti balik cepat. Saya senyum aja. Mereka pasti terkejut beruk kalau saya ceritakan apa yang terjadi antara kami.


‘‘Kerana saya selalu tanya dia kenapa balik lewat, dia pindah rumah lagi, kali ketiga ini dekat dengan tempat kerjanya. Tapi masalahnya di kawasan rumah baru ini tak ada grill, dahlah rumahnya besar, jauh dari orang macam tempat jin bertandang. Cuma ada seorang jiran di kanan, tapi pandang kiri kosong, depan lengang. Belakang menyeramkan. Ada rumah kongsi.
‘‘Bayangkan dia boleh tinggalkan saya sendirian 3 pagi baru balik. Bila tanya kenapa, dia bagi 1,001 alasan. Bila saya kata takut, dia suruh belajar beranikan diri. Saya suruh dia bubuh grill, dia pekakkan telinga, sebab dia terlalu berkira. Akhirnya demi keselamatan saya terpaksa pasang grill.


‘‘Selepas setahun kahwin barulah saya mengandung, itu pun lepas ramai kawannya tanya dia bila lagi nak dapat anak. Saya mengandung kerana dia nak buktikan dia lelaki normal dan tidak mandul, tak lebih daripada itu. Semasa mengandung dan lepas bersalin dia langsung tak sentuh saya. Dia tetap kepada tabiat lamanya.
‘‘Saya yakin saya wanita normal, ada rupa, seorang profesional, saya tak gemuk kerana dia benci dan jijik tengok orang gemuk. Boleh dibawa ke majlis dan tidak memalukan dia. Dan saya telah mencuba pelbagai cara untuk menarik perhatiannya tetapi dia tetap bencikan saya, dia lebih suka memuji isteri orang, sedangkan orang luar sering memuji kami perfect couple.


‘‘Bab nafkah batin dia memang tak sukakan saya. Bab makan minum pun teruk juga. Enam bulan pertama lepas kahwin dia beli barang makan. Enam bulan lepas tu dia cuma beli barang-barang makan yang penting saja, lepas setahun dia tak ambil pusing langsung, katanya, dia dah sediakan tempat tinggal sudah cukup baik.


‘‘Dia bagi alasan saya tak pandai masak, tapi saya belajar dan cuba masak makanan kesukaannya, tapi bila saya masak dia tak balik. Janji nak balik, pukul 3 pagi baru sampai. Kata saya tak pandai cuci dan gosok pakaiannya. Saya hantar dobi guna duit saya sendiri bukan duit dia, baru dia suka.


‘‘Dia tuduh saya tak sapu rumah, bila saya sapu dia kata saya tak mob, bila mob dia kata tak bersih. Sebenarnya dia tak perlukan isteri, dia perlukan maid. Kalau maid pun kena bayar RM400 atau RM500 sebulan, tapi dia tak beri sesen pun. Sedangkan dia berjawatan besar, dapat rumah semi-D.


‘‘Nak jadikan cerita masa tengah hamil ayah sakit teruk di hospital, saya kena bagikan masa antara kerja, lawat ayah di hospital, balik kena masak dan berkemas rumah. Waktu saya sibuk itulah dia nak makan di rumah. Kalau lambat masak, dia terus keluar, katanya, saya lebih pentingkan ayah dari dia. Bila ayah dah sihat balik rumahnya, dia tak makan kat rumah pun.


‘‘Memang dia sengaja menyakitkan hati saya. Sehinggalah ayah masuk hospital lagi. Sepanjang masa ayah sakit dan keluar masuk hospital, cuma sekali saja dia lawat ayah. Ketika adik saya nak kahwin, dia kata, kenapa adik kahwin jauh-jauh nanti masa pergi sana ayah saya padam macam mana? Patut ke dia cakap macam tu?


‘‘Masa mengandung, dia betul-betul sakitkan hati saya, setiap kali waktu tengah syok makan, dia cakap, If you get fat like your mum after this (lepas bersalin) I will leave u - u watch out!!’’ Terbantut selera. Tapi saya taklah gemuk biasalah orang hamil.
‘‘Saya pernah tanya mengapa dia benci kat saya. Dia kata, ‘‘Hoi! Fikir muka u lawa ke? Badan u cantik ke? Rambut u cantik ke? Tak bertudung. Pakaian tak sesuai.” Saya jawab kalau gitu bawa saya shopping belikan pakaian yang dia suka. Tapi dia pandai cakap aja, tak pernah belikan baju pun.


‘‘Kerana sedih saya menangis lari ke dapur, dengan kuasa Allah depan mata saya ada telefon. Dia tertinggal. Saya jumpa message sayang-sayang dengan kawan baiknya who is a guy. Another guy friend sent SMS “how is ur wife... how come she got pregnant, i thought u said u never get it up while with her?" Pelbagai ragam SMS jokes yang saya jumpa berbaur gay. Dan saya hairan semua kawan gaynya harap saya lahirkan anak lelaki termasuk Shahril.


‘‘Saya terkejut betul bila baca SMS tu, tapi saya tak mahu percaya, namun saya terus menyiasat. Masa tu saya sarat mengandung tujuh bulan. Dengan kuasa Allah juga saya jumpa bekas kondom, alat-alat untuk sexual intercourse yang tak ada kena-mengena dengan saya dan video-video lucah gay dalam beg kerja dia termasuklah Kyjelly.
‘‘Untuk memastikan lagi saya menyamar jadi lelaki menggoda dia melalui SMS. Saya ikut trend SMS yang dia biasa terima dari lelaki gay. Dari situ saya tahu cara dia buat hubungan, di mana tempat dia buat projek. Kemudian dia ajak saya buat maksiat selepas beberapa hari berSMS akhirnya dia kantoi. Rahsianya terbongkar.


‘‘Untuk menegakkan benang basah, dia beritahu emaknya saya bukan perempuan baik dibuat isteri. Tak macam emaknya walaupun bekerja, sebelum 8 malam anak- anak dah dapat makan. Tapi dia tak cerita dia selalu balik pagi, tak sembahyang, pakaian tak senonoh dan seorang gay.


‘‘Emak dia bekerja sebelah rumah, di desa, tak ada trafik jam. Sedangkan saya di KL, seorang profesional, kerja private sector, pukul 5.30 petang baru keluar pejabat, harung trafik jam, dekat sejam baru sampai rumah. Itu lebih baik daripada dia pukul 2 pagi baru sampai rumah. Dulu masa cari calon isteri kriteria pilihannya gadis itu mesti cantik, graduate, bekerja, pandai speaking. Of course I fit all the criterias.


‘‘Dia memang suka memalukan saya, pernah satu hari Ahad dia ke pasar beli tulang, bukan suruh saya masak tapi bagi isteri jiran masak sup. Lepas masak, jiran tu panggil mereka makan ramai-ramai. His! Memalukan. Itu belum dia reka cerita memalukan saya. Dari hujung rambut sampai hujung kaki, tak ada yang baik tentang saya.
‘‘Walaupun perangainya buruk, sebelum meninggal, ayah nasihatkan saya supaya berusaha baiki keadaan, jadi berpegang kepada pesanan itu saya sabar. Tetapi bila rahsia terbongkar, dia hantar e-mel halau saya keluar rumah kerana katanya, saya bukan isteri yang baik. Dia juga ceraikan saya.


‘‘Saya rujuk masalah saya pada doktor pakar dan pejabat agama, tapi dia tak pernah pergi kaunseling. Dia buat ‘donno’ aja. Never bother to attend any sessions. Kalau dia tak mahu mengubati dirinya siapa pun tak boleh paksa.
‘‘Mahkamah Syariah dah lama nasihatkan saya mohon cerai, sebab tak bagi nafkah zahir batin semasa hamil dan selepas bersalin hinggalah anak berusia setahun lebih, tapi saya tak mahu. Tetapi setelah saya fikirkan tentang anak, jika saya teruskan jugak perkahwinan ini, mungkin anak saya akan dibesarkan oleh ibu yang sakit mental. Kerana saya boleh jadi gila dapat suami macam ni.


‘‘To me marriage should be very wonderful and enjoyed by both husband and wife. Mesti hormat pasangan masing-masing. Tapi bukan Shahril. Malah dia hina saya jadi ibu tunggal. Tapi saya gembira dengan keadaan saya sekarang. Keluarganya mungkin tak tahu mungkin juga tahu dia gay, sebab dia selalu membawa pulang teman lelakinya balik kampung. Dan semua itu dia tutup dengan limpahan wang yang dicurahkan kepada ibu dan keluarganya.


‘‘Kini dalam usia 40-an, dia gembira tinggal bersama lelaki yang lebih muda. Dia juga mengaku that he is a straight acting gay. Tu pasal saya tak pernah sempurna baginya, sebab saya tidak ada apa yang dia mahukan. Kini bersepah golongan macam dia. It‘s like a trend. To him marry just to have kid only and to prove to society that they are normal,’’ demikian cerita NorElyna. Dia cukup bimbang ketika Shahril ambil anak, kerana dia akan dijaga dan dimandikan oleh teman lelakinya sepeninggalan Shahril bekerja.



www.dcckmona.com
dcckmonaum@hotmail.com

Isteri tawar hati,

Utusan Malaysia 6 April 2007

SOALAN
Sejak mendirikan rumah tangga suami saya seringkali membuat pelbagai ugutan dan tuduhan tanpa asas terhadap saya. Dia menuduh saya bermain kayu tiga dengan rakan sekerja saya, dia mengugut untuk tidak memberi nafkah bagi anak-anak dan macam-macam lagi.

Kami sudah beberapa kali mendapatkan khidmat kaunseling namun suami saya tetap kekal dengan sifatnya. Saya sudah tidak ada hati terhadapnya, sudah hilang rasa kasih sayang dan hormat saya kepadanya. Saya ingin bercerai secara damai tetapi suami tidak mahu melafazkan talak ke atas saya. Patutkah saya menahan hati dan perasaan? Sampai bila saya perlu hidup sebegini dan apa yang perlu saya lakukan?

- Siti Maryamah Osman, Taiping, Perak.

JAWAPAN
Melihat kepada situasi yang puan hadapi, satu jalan penyelesaian yang boleh puan ambil untuk berpisah dengan suami secara damai adalah dengan memohon ke mahkamah syariah untuk perceraian secara khuluk.

Perceraian khuluk yang juga dikenali sebagai cerai tebus talak adalah salah satu cara membubarkan perkahwinan di mana sejumlah wang dibayar oleh isteri kepada suami sebagai ganti kepada lafaz talak. Seksyen 46 Enakmen Undang-Undang Keluarga Islam (Negeri Perak) 1984 ada memperuntukkan bahawa seorang isteri boleh membuat permohonan perceraian khuluk jika suaminya tidak rela menjatuhkan talak ke atasnya.

Sekiranya suami puan tidak bersetuju bercerai dengan cara ini atau dia tidak hadir ke mahkamah syariah seperti yang diarahkan, mahkamah akan melantik satu jawatankuasa pendamai untuk mengadakan runding cara di antara anda berdua. Runding cara ini diadakan untuk memberi kaunseling agar puan dan suami berbaik semula. Jika jawatankuasa ini mendapati yang anda berdua memang tidak boleh terus hidup bersama, barulah suami puan akan dinasihatkan agar melafazkan talak ke atas puan.

Seperkara lagi, puan dan suami perlu mencapai persetujuan berkenaan jumlah wang yang perlu puan bayar kepadanya untuk bercerai dengan cara penebusan talak. Dengan kata lain, suami puan tidak boleh menuntut bayaran tebus talak sesuka hatinya. Jika puan dan suami gagal mencari kata sepakat, mahkamah syariah akan menaksirkan nilainya pada kadar yang berpatutan mengikut hukum syarak.

Taksiran ini dibuat dengan memberi pertimbangan kepada taraf hidup dan sumber kewangan puan dan suami puan.

Selepas jumlah bayaran tebus talak dipersetujui atau sekiranya mahkamah syariah telah menetapkan nilainya, suami puan akan diarahkan agar melafazkan talak ke atas puan. Talak ini adalah talak ba’in sughra iaitu tidak boleh dirujuk melainkan puan dan suami bernikah semula. Seterusnya, mahkamah syariah akan merekodkan perceraian ini dan menghantarkan sesalinan rekod yang diperakui kepada Pendaftar dan Ketua Pendaftar agar perceraian tersebut didaftarkan.

Info

Satu talian khusus untuk Legal Clinic Sisters In Islam yang dinamakan TeleNisa kini boleh dihubungi melalui 03-7784 3733.

Legal Clinic ini juga boleh dihubungi melalui e-mel: sistersinis lamlegalclinic@yahoo.com.

Sisters In Islam
No 7, Jalan 6/10, 46000 Petaling Jaya, Selangor. Tel. No. 03-77856121/ 77842733
Fax No: 03-77858737
*Nur Fadhlin Mohd Yusof Pegawai Undang-Undang Sisters In Islam.

Toleh Sejenak Sebelum Benar Benar Pergi


oleh: Dr HM Tuah Iskandar

Apabila keserasian rasanya tidak mampu di bangkitkan, anda hanya ada dua pilihan:
a) Terus berada di situ dan bertahan menhadapi segala kepayahan
b) Pergi saja dari situ

Apa pun, saya lebih sarankan supaya bertahan, sebab untuk dapatkan seseorang yang 100% memenuhi citarasa kita memang mustahil. Cuba saling melengkapi, apa apa yang kurang pada dia barangkali boleh kita penuhi sementara apa apa yang kurang pada diri kita moga moga boleh dipenuhi oleh dia.
Kalau tidak, bertahanlah untuk anak anak. Kasihan mereka jika kita mengambil jalan mudah untuk pergi saja. Apa yang mereka tahu tentang keserasian? Mereka cuma tahu yang mereka perlukan seseorang untuk dipanggil ibu dan ayah. Bayangkan kalau kedua duanya masih ada tetapi tidak bersama. Akan payahlah hidup jadinya.
Cubalah untuk membina jiwa serasi walaupun berlainan versi. Hidup mesti dilayan seharusnya. Kadang kadang kita kena buat tak tahu dengan realiti. Realiti sering buat kita lupa diri dan terkalih misi.Betulkan matlamat perkahwinan: untuk Tuhan dan demi menuruti sunnah Nabi. Dengan berfikiran begitu, semua masalah akan menjadi kecil. Andai anda masih lagi memilih untuk pergi, pastikan ia nya langkah terakhir setelah anda benar benar gagal untuk mempertahankan ianya.

***************************
Cat: every story is different, even the ending. To each, their own opinion

Isteri sara suami mohon fasakh

5hb Januari 2007
Soalan
SAYA berusia 32 tahun, bekerja di pejabat manakala suami pula menganggur selama lebih tujuh tahun. Oleh kerana tidak tahan dan malu dengan sikapnya yang enggan bekerja saya terpaksa keluar dari rumah mertua dan menyewa bilik seorang diri. Suami masih tinggal bersama keluarganya sendiri.
Semua perbelanjaan rumah, kereta dan pakaiannya saya yang sediakan. Malah wang sakunya pun dia minta daripada saya. Akhirnya, saya membuat tuntutan cerai ke atas suami saya di pejabat agama, tetapi suami enggan menceraikan saya. Sudah banyak kali kami berulang ke pejabat agama untuk menyelesaikan masalah ini, namun tidak berhasil. Sehingga kini sudah hampir 11 bulan saya hidup menyendiri. Setiap kali saya ajukan perkara ini pada suami, dia buat endah tak endah. Apakah yang patut saya lakukan? Tidak adakah cara saya menuntut keadilan?
- Delinda Naseem, Kangar, Perlis.

Jawapan
Suami dan isteri mempunyai tanggungjawab dan hak masing-masing yang perlu ditunaikan dan dipenuhi di antara satu sama lain. Suami bertanggungjawab memberi nafkah zahir dan batin kepada isteri semasa dalam perkahwinan dan menjaga kebajikan serta permasalahan isteri.

Sebagaimana hadis Rasulullah s.a.w yang diriwayatkan oleh al-Tarmizi yang bermaksud: “Sebaik-baik kamu adalah orang yang paling baik terhadap keluarga (isteri, anak dan kerabat). Dan aku adalah orang yang paling baik terhadap keluargaku.”
Sikap suami yang enggan bekerja dan menganggur selama lebih tujuh tahun membuktikan yang dia telah abai dalam menjalankan tanggungjawabnya sebagai suami.

Walaupun suami puan enggan menceraikan, puan masih boleh meneruskan tuntutan untuk bercerai dengan terus mendaftarkan tuntutan di Mahkamah Rendah Syariah Perlis. Puan boleh membuat permohonan untuk membubarkan perkahwinan secara fasakh sebagaimana termaktub dalam peruntukan Seksyen 52 Enakmen Pentadbiran Undang-Undang Keluarga Islam (Negeri Perlis) 1999.

Dalam peruntukan Seksyen 52 Enakmen Pentadbiran Keluarga Islam (Negeri Perlis) 1999, menyatakan bahawa seorang perempuan yang telah berkahwin mengikut hukum syarak berhak mendapat suatu perintah untuk membubarkan perkahwinan atau fasakh atas satu atau lebih daripada alasan-alasan yang berikut:

* suami tidak diketahui tempat tinggalnya selama lebih daripada setahun.
* suami telah cuai atau tidak mengadakan peruntukan bagi nafkahnya selama 3 bulan.
* suami telah dihukum penjara selama tempoh tiga tahun atau lebih.
* suami tidak menunaikan kewajipan nafkah batin tanpa sebab selama satu tahun.
* suami telah mati pucuk pada masa perkahwinan dan masih lagi sedemikian
* isteri tidak tahu pada masa perkahwinan bahawa suami telah mati pucuk.
* suami telah gila selama tempoh dua tahun
* suam menghidap kusta atau vitiligo atau mengidap penyakit kelamin berjangkit.
* apabila isteri dikahwinkan, dia belum mencapai umur 16 tahun
* isteri menolak perkahwinan tersebut sebelum dia berumur 18 tahun
* isteri belum disetubuhi oleh suaminya.
* suami telah menganiaya isteri, menyakiti, menjadikan kehidupan isteri menderita
* suami telah berkawan dengan wanita yang tidak baik mengikut hukum syarak
* suami telah memaksa isteri hidup secara lucah
* suami telah melupuskan harta isteri
* suami telah melarang isteri dari menggunakan haknya ke atas harta tersebut
* suami menghalang isteri daripada menjalankan kewajipan atau amalan agama
* suami berpoligami telah tidak melayani isteri secara adil menurut hukum syarak.
* belum empat bulan berlalu, isteri masih belum disetubuhi
* suami telah enggan bersetubuh dengan isteri.
* Isteri tidak merestui perkahwinan di antara mereka:
* isteri telah dipaksa untuk berkahwin atau tidak sempurna akal
* Isteri menghadapi penyakit kurang siuman.
*Apa-apa alasan yang diiktiraf sah bagi membubarkan perkahwinan di bawah hukum syarak.

Puan boleh memfasakhkan perkahwinan puan sebagaimana termaktub dalam seksyen 52 tersebut dengan sebab suami puan telah cuai menyediakan nafkah selama tempoh lebih daripada tiga bulan, malah puan pula yang menanggung suami.

Borang permohonan fasakh boleh didapati dari kaunter pendaftaran mahkamah secara percuma. Jika puan memerlukan bantuan untuk mengisi borang permohonan tersebut, mungkin pegawai mahkamah boleh membantu. Puan juga boleh meminta bantuan daripada petugas di Pusat Bantuan Guaman

Adalah penting untuk puan mengetahui alamat tempat tinggal suami puan yang tepat untuk diisi dalam borang permohonan tersebut, kerana ini dapat memudahkan Mahkamah menghantar saman berkenaan permohonan puan untuk memfasakhkan perkahwinan kepada suami.

Permohonan puan perlu didaftarkan di mahkamah dengan bayaran sebanyak RM49. Selepas 21 hari dari tarikh permohonan puan didaftarkan, mahkamah akan menetapkan tarikh pertama untuk mendengar permohonan tersebut.

- Segala kemusykilan boleh dikemukakan kepada Panel Peguam Sisters In Islam di alamat No. 7, Jalan 6/10, 46000, Petaling Jaya atau telefon 03-7785 6121pada hari Isnin dan Jumaat sahaja atau faks 03-7785 8737 atau e-mel: sistersinislam@pd. jaring.my.

Thursday, August 27, 2009

Verbal Abuse


Calling ones wife ugly may soon be an offence in Malaysia
Published on : Thursday 28 2009 12:19 - by, ANI

Kuala Lumpur, May 28 - ANI: Malaysian Parliament has been proposed to make certain amendments to the Domestic Violence Act 1994, which may make calling ones wife ugly an offence.
Womens Development Department director-general Datuk Dr Noorul Ainur Mohd Nur has revealed that the amendments would include a clause on emotional violence against women, who are currently protected only against physical abuse. She said that the aim of proposing the amendment was to safeguard women both physically and emotionally.
According to her, emotional violence is a form of abuse that scars women deeply and lowers their self-esteem, dignity and self-confidence.
It could be a case when a husband tells his wife she is ugly or humiliates her until she feels emotionally pressured, The Star Online quoted her as telling reporters at the end of a seminar on how to curb violence against women at Wisma Wanita.She also revealed that efforts were being made to bring the proposed amendments to Parliament.


----------------------------------------------
Cat:
a) proposals will take another 1 or 2 years before it's approved especially when it's with regards to women
b) how do u judge a case of emotional violence... it will be based on his words against her words thing
c) then.. husbands will also request the same treatment : a law against emotional violence against husbands
d) Still, an applause for the effort, Datuk Dr Noorul :)